Acara Kemah Kebangsaan yang digelar sejak Sabtu (26/4) lalu resmi ditutup pada Minggu (27/4) pagi. Puluhan ribu peserta yang memadati kawasan Bumi Perkemahan Cakra Pahlawasri, Delingan, Karanganyar, pun langsung bergegas untuk mengemasi barang-barang mereka.
Sesekali mereka saling melempar canda dan tawa. Rasa capek selama mengikuti kegiatan kemah yang digelar dalam rangka HUT Ke-42 Korem/074 Warastratama itu tampaknya juga sudah sirna. Meski mentari agak menyengat, namun cuaca pada hari itu tak menyurutkan para peserta untuk melanjutkan sisa aktivitas mereka.
Barang-barang pribadi maupun kelompok dikemas sedemikian rupa biar ringkas dan cepat diangkut ke mobil atau kendaraan penjemput peserta yang telah berjejalan di lokasi. Bahkan ketika hari menjelang siang, jalan utama menuju Bumi Perkemahan itu berubah menjadi kawasan padat lalu lintas.
Kondisi jalan yang tak begitu besar itu seakan-akan tak sanggup menampung puluhan mobil, truk, bahkan bus tanggung dan bus besar yang datang ke lokasi dengan tujuan serupa. Akibatnya kemacetan panjang tak terhindarkan.
Para sopir kendaraan besar itu akhirnya harus rela antre dan bersabar menunggu giliran masuk ke lokasi perkemahan. Sementara, sebagian peserta yang mulai tak sabar dengan kondisi itu, lebih memilih untuk berjalan kaki menuju jalan besar daripada menunggu kendaraan yang hendak menjemput mereka di lokasi.
”Kami sudah menunggu agak lama dan kendaraannya juga antre panjang. Lebih baik kami jalan kaki ke sini,” kata salah satu peserta, Agung Wibisono, 16, saat ditemui Espos di lokasi.
Siswa SMAN 1 Sukodono, Sragen, yang juga merupakan anggota Dewan Kerja Pramuka Penegak Pandega Kecamatan Tanon. ini rela menempuh perjalanan sepanjang lima kilometer dari lokasi perkemahan menuju jalan besar, karena mobil penjemputnya tak bisa cepat memasuki lokasi perkemahan.
Terlepas dari persoalan itu, Agung mengaku senang dan merasa salut dengan kegiatan Kemah Kebangsaan ini. Sebab, berkat kegiatan semacam ini, dia dan juga teman sekelompoknya bisa mendapat teman baru dari sekolah-sekolah se-Soloraya.
”Kalau lain kali ada kegiatan seperti ini lagi, saya pasti ikut lagi. Cuma, kalau boleh memberi masukan, akan lebih baik lagi kalau fasilitas air bagi peserta diutamakan. Apalagi jika jumlah pesertanya sangat banyak. Soalnya kemarin pasokan airnya agak lambat, sehingga untuk buang air besar sulit. Tempatnya juga kurang memadai.”
Sementara itu, menurut Ayub Adi Pambudi, 13, siswa SMPN 6 Sragen, melalui kegiatan ini dia mengaku telah mendapat banyak teman baru. tapi kalau anak - anak dari kecamatan Tanobn Sragen meskipun berjalan kaki lebih dari 5 km tetep seger buger donk. Bis jemputan dari Tanon aja gak bisa masuk lokasi.
Sesekali mereka saling melempar canda dan tawa. Rasa capek selama mengikuti kegiatan kemah yang digelar dalam rangka HUT Ke-42 Korem/074 Warastratama itu tampaknya juga sudah sirna. Meski mentari agak menyengat, namun cuaca pada hari itu tak menyurutkan para peserta untuk melanjutkan sisa aktivitas mereka.
Barang-barang pribadi maupun kelompok dikemas sedemikian rupa biar ringkas dan cepat diangkut ke mobil atau kendaraan penjemput peserta yang telah berjejalan di lokasi. Bahkan ketika hari menjelang siang, jalan utama menuju Bumi Perkemahan itu berubah menjadi kawasan padat lalu lintas.
Kondisi jalan yang tak begitu besar itu seakan-akan tak sanggup menampung puluhan mobil, truk, bahkan bus tanggung dan bus besar yang datang ke lokasi dengan tujuan serupa. Akibatnya kemacetan panjang tak terhindarkan.
Para sopir kendaraan besar itu akhirnya harus rela antre dan bersabar menunggu giliran masuk ke lokasi perkemahan. Sementara, sebagian peserta yang mulai tak sabar dengan kondisi itu, lebih memilih untuk berjalan kaki menuju jalan besar daripada menunggu kendaraan yang hendak menjemput mereka di lokasi.
”Kami sudah menunggu agak lama dan kendaraannya juga antre panjang. Lebih baik kami jalan kaki ke sini,” kata salah satu peserta, Agung Wibisono, 16, saat ditemui Espos di lokasi.
Siswa SMAN 1 Sukodono, Sragen, yang juga merupakan anggota Dewan Kerja Pramuka Penegak Pandega Kecamatan Tanon. ini rela menempuh perjalanan sepanjang lima kilometer dari lokasi perkemahan menuju jalan besar, karena mobil penjemputnya tak bisa cepat memasuki lokasi perkemahan.
Terlepas dari persoalan itu, Agung mengaku senang dan merasa salut dengan kegiatan Kemah Kebangsaan ini. Sebab, berkat kegiatan semacam ini, dia dan juga teman sekelompoknya bisa mendapat teman baru dari sekolah-sekolah se-Soloraya.
”Kalau lain kali ada kegiatan seperti ini lagi, saya pasti ikut lagi. Cuma, kalau boleh memberi masukan, akan lebih baik lagi kalau fasilitas air bagi peserta diutamakan. Apalagi jika jumlah pesertanya sangat banyak. Soalnya kemarin pasokan airnya agak lambat, sehingga untuk buang air besar sulit. Tempatnya juga kurang memadai.”
Sementara itu, menurut Ayub Adi Pambudi, 13, siswa SMPN 6 Sragen, melalui kegiatan ini dia mengaku telah mendapat banyak teman baru. tapi kalau anak - anak dari kecamatan Tanobn Sragen meskipun berjalan kaki lebih dari 5 km tetep seger buger donk. Bis jemputan dari Tanon aja gak bisa masuk lokasi.
0 comments:
Posting Komentar
Silakan isi komentar anda?